Monday, September 13, 2010
PINKGIRLGOWILD FROM 2005 - NOW
Saya tergolong orang yang fleksibel pada saat memasuki sebuah komunitas. Entah itu di musik ataupun di komunitas 'Street Art' yang coba saya masuki lewat Suzuka di tahun 2005 (well masih baby ya baru 5 tahun,hahaha!)
Saat itu saya bekerjasama dengan banyak seniman dari kalangan 'Street Art' (Street Art bukan hanya graffiti saja)untuk memodifikasi Suzuka saya. Menyenangkan, dan saya mengenal mereka hanya kulitnya saja.
Setelah itu saya mengadakan ataupun mengikuti pameran - pameran yang berbau 'urban art' atau 'street art', tapi pada akhirnya saya menemukan satu kesimpulan. Saya tidak puas dengan hanya jawaban sekedar 'Bagus' ataupun 'Selamat' ya di pembukaan pameran. Teman - teman saya terlalu baik hati untuk 'Tidak memberikan kritik membangun' (kebanyakan pameran yang saya ikuti serta laksanakan dari 2005 - 2008 itu tanpa kuratorial, atau memang di dalam atau antar komunitas saja).Padahal untuk 'naik kelas' dalam berkarya, kita membutuhkan orang luar untuk bercermin dan berpikir kembali. Ada juga yang 'Straight to the point' di awal memberikan kritikan dan pertanyaan yang menentang, tapi setahun dua tahun setelah kritik itu beliau mengadakan atau melakukan hal yang sama tentu saja dengan polesan agar tidak sama. Buat saya mengecewakan, karena berarti ini agak berasa hipokrit ya!
Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan - jalan, keluar Jakarta untuk melihat - lihat serta meminta masukan tentang karya saya dari banyak orang - orang yang saya segani (yang ternyata bukan hanya saya saja yang segan, tapi se-Indonesia atau malah internasional).
Saya merasa sangat beruntung bisa mendapat masukan, ajaran'keras'yang membuat saya memutar otak untuk mencoba, berlatih, berpikir lagi tentang banyak hal.
Di Febuari 2010. Saya beranikan diri tanpa adanya kurator untuk berpameran solo di dua kota. Di Jakarta (Fashion First, Senayan City) dan di Surabaya (CCCL). Hingga kini saya ketagihan untuk berpameran, memasuki wilayah - wilayah yang tidak saya ketahui kode etiknya ataupun pengunjungnya dalam rangka ingin bercermin agar saya bisa naik kelas dalam berkarya. Tentu saja selama lima tahun ini, saya sangat berusaha untuk berdiskusi dengan banyak orang, mencari ruang yang tepat, mencari kurator yang 'sreg' supaya akhirnya saya bisa mengerti untuk masuk ke wilayah - wilayah di luar kekuasaan saya itu.
Salah satu partner kritikus tetap saya adalah suami saya sendiri Tutu. Kami saling mempengaruhi baik dalam ide konsep membuat karya, teknik, layout pemasangan, kurator dari pameran kami, hingga berbagi semangat walaupun kami berdua datang dari wilayah yang berbeda. Saya mengacungkan jempol untuk semangatnya untuk berani mencoba segala sesuatu tanpa takut salah, serta latihan terus agar berkembang.
Bagi saya pada akhirnya adalah: Jika saya ingin maju dan berkembang untuk melakukan segala sesuatu, jangan takut untuk keluar dari zona nyaman teman - teman saya, demi mendapatkan jawaban yang jujur tanpa harus dimasukan ke dalam hati, tapi kita juga harus berprinsip tentang apa yang kita mau serta ingin kemana, dan juga harus latihan terus.
Many thx for Ibu Meela Jaarsma (Cemeti), Bambang Toko (Ygy), Tutu, Agung Frigi2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment